Selasa, 08 Mei 2012

Posisi Zakat dalam Menyelesaikan Permasalahan Bangsa

Posisi Zakat dalam Menyelesaikan Permasalahan Bangsa. Krisis global yang terjadi sebernarnya bermuara pada satu negara bernama Amerika Serikat,pusat kapitalisme dunia yang kemudian menyebar ke beberapa negara tertentu. Namun tidak semua negara terkena dampaknya. Sehingga bisa dibilang krisis global kali ini sebenarnya adalah krisis kapitalisme Amerika.

Dampak pada tiap negara berbeda-beda. Dampak krisis di Perancis, Jerman, Jepang, dan China berbeda dengan Venezuela ataupun negara berkembang. Banyak faktor  yang mempengaruhi seberapa besar dampak krisis Amerika bagi suatu negara. 

Bagaimana dengan Indonesia? Jika menilik kembali tentang positioning negara ini terhadap Amerika, maka Indonesia bisa diibaratkan sebagai kapitalisme pinggiran. Sejak 1965, diam-diam Indonesia telah menjadi koloni Amerika dan kian hari semakin menerapkan kapitalisme. Indikasinya adalah terjadinya dominasi
modal asing di Indonesia. 

Untuk mengatasi kolapsnya ekonomi negara, pemerintah Amerika mengeluarkan suntikan dana mencapai 700 triliyun dolar. Mereka berusaha menghidupkan kembali bisnisnya yang rupanya tidak laku di pasaran. Maka Amerika berusaha menjualnya ke Indonesia dengan kedok pinjaman. Dana tersebut dipinjamkan dengan syarat Indonesia melakukan liberalisasi investasi dan perdagangan. Hasilnya, tidak ada proteksi perdagangan di Indonesia. Hal itu berbahaya karena bisa mematikan Industri maupun usaha kecil yang ada di Indonesia.

Ini semua adalah agenda-agenda neoliberal. Ditambah lagi strategi pemerintah dalam menyelesaikan krisis ini juga salah. Terbukanya industri asing walaupun membuka lapangan kerja baru, sejatinya adalah semu. Usaha kecil malah kalah bersaing. Artinya pemerintah harus segera mengubah strategi agar pengangguran tak
bertambah.

Bagaimana solusinya? Butuh dana yang lebih besar untuk mengatasi krisis, yakni dari pemerintah. Dana APBN Indonesia tahun 2009 yang mencapai Rp 1.037,1 triliun harus dioptimalkan sebaik mungkin untuk kesejahteraan seluruh masyarakat. Sehingga kegiatan penyadaran dan kampanye anti kapitalisme perlu didukung. Segera ubah posisi koloni mejadi negara merdeka.

Lantas bagaimana Islam menjawab tantangan ini? Zakat sebagai instrumen dalam Islam sebenarnya bisa juga
mengambil peran. Namun hingga saat ini jumlah dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) yang terkumpul masih dalam hitungan miliar. Sementara untuk menghidupkan perekonomian Indonesia membutuhkan dana yang jauh lebih besar. Sehingga dapat dikatakan untuk saat ini dana-dana charity masih belum dapat berperan banyak.

Oleh karena itulah pengelola ZIS harus memiliki perspektif ekonomi yang khas yakni memposisikan zakat sebagai bagian integral dari ekonomi islam. Hal itu untuk menunjukan bahwa Islam memiliki perspektif tersendiri dalam mengatasi masalah bangsa. Mengerikan sekali mengetahui bahwa Indonesia harus mengeluarkan uang sebanyak Rp 130 trilyun per tahun untuk membayar bunga hutang. Sedangkan hutang negara ini mencapai Rp 1.650 trilyun.

Walau saat ini dana zakat masih terbatas, tetapi jika Lembaga Amil Zakat (LAZ) mengetahui prioritas pemanfaatan yang tepat maka akan memiliki efek yang sangat bagus. Merupakan hal yang konstruktif untuk menyelesaikan masalah dari akarnya. Pengangguran dan kemiskinan adalah turunan saja, sementara memperbaiki pondasi negara ini adalah yang terpenting. LAZ perlu memiliki strategi yang lebih saintifik dan paham konteks. Pengelolaan yang baik serta profesional mutlak dibutuhkan. Sehingga masyarakat yang benar-benar membutuhkan dapat terbantu meskipun jumlahnya belumlah signifikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar